wisata indonesia news, panorama wisata indonesia news, keindahan alam indonesia, tempat liburan terindah di indonesia, alam nan indah di indonesia, beautiful places
Sunday, 20 April 2014
tasawuf taraqi
Taraqi(mendaki)
1. Kehidupan yang di lihat orang-orang ini adalah kehidupan paling luar, fisik semata. padahal fisik atau jasmani ini adalah hijab atau penghalang Tuhan yang paling luar. Kebanyakan orang tertipu oleh penampakan jasmani ini. Manusia yang hidupnya hanya beroientasi pada fisik semata, ia tidak lebih seperti bangkai. Fisik manusia tidak ada bedanya dengan fisik hewan, tumbuhan, dan benda-benda bumi lainya. Semuanya berasal dari unsur tanah, air, api, udara, kenyataanya hampir semua orang saat ini lebih disibukkan dengan urusan fisik ini. Menjadikan fisik ini sebagai tolak ukur dalam hidupnya. Banyak sekali contoh yang bisa di lihat dalam kehidupan sehari-hari kita. Maka lengkaplah kebanyakan manusia lebih disibukkan dengan urusan-urusan fisik semata sehingga semakin tebal dinding untuk dapa melihat Tuhan.
2. Manusia adalah makhluk yang berjiwa ia di beri anugerah akal untuk dapat berpikir. Inilah yang membedakan derajat manusia dengan makhluk yang lain. Manusia juga di beri anugerah hati agar dapat merasakan. Manusia yang telah mampu mengaktifkan akal dan hatinya berarti ia telah selangkah lebih maju di bandingkan manusia yang sekedar mengandalkan kelebihan fisik semata. Ia telah mampu menggunakan akal dan hatinya namun Tuhan memberikan akal dan hati inipun rupanya bertingkat-tingkat. Kerja akal manusia yang paling bawah adalah ‘aql atau akal, sebagaimana di sebutkan dalam alqur’anafalaa ta’qilun. Kerja akal ini adalah memikirkan segala sesuatu yang bersifat kealaman. Dengan menggunakan akal ini akan ditemukan kebenaran dan kesalahan serta kebaikan dan keburukan, dalam perspektif duniawi. Demikian pula dengan kerja hati ia juga memiliki beberapa tingkatan, yang terendah adalah qalb atau hati yang selalu berbolak-balik, kadang baik kadang buruk. Manusia yang hanya menggunakan kerja ‘aql dan qalb ini cenderung akan serakah pada dunia. Ia akan rakus mencari uang. Kalaupun berbuat baik, lebih sering hal tersebut di sertai dengan pamrih lainya.
Inilah hijab Tuhan yang lebih tipis dibandingkan dengan fisik. Setidaknya manusia yang sudah bisa mengendalikan kerja akal dan hati yang pertama ini akan lebih mudah mengenal tuhan daripada mereka yang masih terkungkung pada diri yang hanya berorientasu pada fisik semata. Lebih tinggi lagi, sebagian manusia yang sudah bisa mengaktifkan kerja akal kedua, yakni Fikr sebagaimana firman Allah ta’ala: afala tatafakkaruun. Dengan fikr ini manusia sudah mampu menjangkau hal-hal yang tidak tampak di dunia ini namun nyata kebenarannya seperti: surga, neraka, malaikat, setanh, pahala, dosa dan sebagainya. Agana Islam diturunkan dengan membawa kabar gembira tentang adanya surga beserta kenikmatanya yang ada didalamnya. Juga membawa peringatan kepada manusia tentang adanya siksa yang pedih di akhirat kelak. Kebanyakan manusia sulit untuk dapat mengenal tuhan secara sempurna, maka Nabi Muhammad SAW diutus untuk memberikan jalan tengah agar mereka menyembah Tuhan sesuai kemampuanya. Adanya surga neraka serta malaikat-setan merupakan motivasi agar mereka mau menyembah tuhan. Seandainya surga dan neraka tidak ada bagaimana?? … sebenarnya klo buat saya pribadi walaupun tidak ada surga dan neraka sebernya tujuan kita yang paling utama adalah untuk mengenal Tuhan sedekat-dekatnya karna dengan kedekatan itu tiada nikmat yang lain selainya bersama keagunganya atau kita bermujahadah langsung. Menurut Sayyidina Ali manusia yang menyembah Tuhan karna surga-neraka adalah manusia yang berjiwa budak dan berjiwa pedagang, yakni hanya mau menyembah Tuhan jika diancam dengan neraka dan di janjikan hadiah surga. Manusia yang beginilah yang tidak pernah akan maju sepiritualisnya. Cobalah belajar menjalankan makna kitab suci kita bukan menjalankan artinya sekali lagi makna dari Al Qur’An.
Padahal klo kita mau belajar tentang makna Al Qur’An luar biasa sekali untuk diresapi. Inilah yang di lakukan para generasi muslim sesudah Kanjeng nabi khususnya para tokoh sufi. Persis sindiran tokoh sufi jawa sunan kajenar mengatakan: Sebagian kaum santri yang terkutuk dan mabok tobat, mereka beribadah bukan dengan niat yang tulus murni tetapi karena mengaharapkan sesuatu selain Tuhan.
Namun setidaknya manusia yang sudah terbuka fikr-nya seperti ini lebih baik daripada mereka yang masih terkungkung oleh nafsu duniawi. Ini adalah jalan untuk mengenal tuhan lebih lanjut. Manusia yang telah memahami, menghayati, dan merasakan kehadiran alam surga,neraka,malaikat,setan, serta segala sesuatu yang berkaitan denganya berarti ia telah memasuki pengenalan terhadap alam misal sebagai bekal untuk mengenal tuhan lebih lanjut.
3.Selanjutnya manusia diharapkan mengenal rohnya.inilah nyawa yang membuat jasmani dan jiwa manusia menjadi hidup. Jasmani tidak akan bergerak jika tidak mendapat perintah dari jiwa, dan jiwa tidak dapat memberi perintah pada gerakan jasmani jika tidak terdapat roh didalamnya. Inilah yang bisa dipahami kebanyakan orang sebagai hidup. Selama roh masih melekat dalam badan jasmani seseorang maka orang tersebut di katakan hidup. Ketika sedang tidur manusia bergerak dan tidak merasakan sesuatu karena jiwanya keluar dari jasadnya. Namun ia tetap dikatakan hidup karena rohnya masih berada dalam jasad. Ketika bangun, jiwa kembali menyatu dalam badan hingga hidupnya di dunia menjadi sempurna. Ketika roh terlepas dari badan, otomatis jasmani tersebut tidak bisa dipakai lagi. Jiwa tidak lagi mampu menggunakanya, sehingga ia disebut mati. Roh ini disebut dengan nyawa. Dalam AL Qur’an, Tuhan meniupkan roh manusia ini yang berasal Roh Agung kepunya-anya. Ki Ageng Pengging mengatakan nyawa manusia berada dalam tirta nirmala atau air kehidupan atau maa’ul hayat. Ia berada dalam uni nong ana nung atau Dzat Tuhan. Jika kalau manusia sudah bisa mengerti tentang ilmu kasempurnaan tentang ini, maka ia bisa mencabut nyawanya sendiri seperti sunan kajenar, sunan kalijaga dan sebagainya. Karena beliau sudah melebur dirinya dengan Dzat Tuhan. Bagi para tokoh sufi yang sudah bisa menyatukan diri dengan Dzat Tuhan dan menganggap budi serta kesadaran manusia sebagai Tuhan. Baginnya kodrat atau kekuasaan dan iradat atau kehendak Tuhan sebagai ilmu sejati. Semua sifat Tuhan yang dua puluh jumlahnya, jika di gulung menjadi satu dan melekat dalam budi, maka budi menjadi lestari, kekal selamanya.
Ini berarti, wujud mutlak itu akan menjadi Dzat, tiada bermula, tiada berakhir, tiada berasal, tiada bertujuan. Sunan kajenar telah bersemayam dalam kodrat atau kekuasaan Tuhan hingga ia berkuasa untuk mengambil nyawanya sendiri, serta bersemayam dalam iradat atau kehendak Tuhan hingga kehendanya adalah kehendak Tuhan. Kapan saja ia mau, ia bisa melakukanya. Dengan mudah sunan kajenar dapat menutup sumber air kehidupannya, atas kuasa dan kehendak Dzat Tuhan dalam dirinya, sehingga ia pun mengambil nyawanya sendiri.
Roh atau nyawa manusia berasal dari Tuhan secara langsung. Adapun jasmani ia adalah gambaran maya saja, Dzat yang tidak lebih hanya sekedar simbol. Jasmani ini akan menjadi penghalang bagi manusia yang atidak mampu menangkap rahasia diciptakanya jasmani tersebut. Namun bagi orang yang sudah tersingkap pandangan batinya. Ia akan melihat Dzaty Tuhan dalam Dzatnya. Bagi sunan kajenar jasad manusia adalah rupa Tuhan dan menurut Wali Sango kepala manusia adalah singgasana kemakmuran Tuhan , dada manusia adalah singgasana kemuliaan Tuhan, dan kemaluan manusia adalah singgasana kesucian Tuhan. Keduanya tak jauh berbeda, jasad manusia adalah gambaran dari rupa tuhan!! …….seperti yang tertulis didalam kitab ihya ulumudin wa Allahu dzahir al-insan, wabatinul insani baytullahu artinya : lahiiriah manusia itu wajah Tuhan dan batiniah manusia itu rumah Tuhan.. melalui pandangan ini, mengenal Tuhan pun bisa dilakukan jasmani dengan menganggapnya sebagai gambaran dari wajah Tuhan. Adapun Dzat sesungguhnya adalah dalam rahsa. Demikian pula dengan jiwa, ia adalah gambaran dari perbuatan, nama dan sifat Tuhan. Sehingga mengenal Tuhan juga bisa di lakukan melalui gambaran jiwa diri dan orang lain. Yaitu melihat perbuatan, nama, dan sifat Tuhan.
Menurut sunan kajenar alam semesta ini tidak diciptakan tetapi menemukan keadaan. Tuhan tidak menciptakan barang baru. Dia maha tunggal sehingga apa saja yang dia ciptakan pada dasarnya adalah dia juga, karena bahanya berasal dari-Nya. Demikian pula dengan alam semesta ini, sebagai gambaran penampakanya. Alam ajsam atau alam jasmani ini adalah gambaran wajah Tuhan dan alam misal atau alam jiwa ini adalah gambaran perbuatan, nama, dan sifatnya. Semua itu pada dasarnya Tuhan juga.
4. Roh manusia satu dan roh manusia lainya pada dasarnya satu kesatuan, karena berasal dari sumber yang satu. Sumber Roh tersebut sdslsh Roh Agung atau Nur Muhammad dalam perspektif kemakhlukan ini di sebut martabat wahidiyat. Manusia yang mengira bahwa hidupnya bergantung pada Roh bagian yang berasal dari Roh Agung akan berpendapat bahwa hidupnya di dunia sebagai kehidupan yang sejati. Padahal, Roh yang ia peroleh hanyalah sekedar tiupan kecil dari Roh Agung tersebut. Berbeda dengan sunan kajenar, ia menganggap hidup di dunia ini sebagai kematian karena terlempar dari Roh Agung kepada Roh kecil di dunia. Maka ia begitu rindu untuk secepatnya kembali pada Rohnya yang utuh.
5. Roh Agung pada martabat Wahdah ini bukan lagi sebagai makhluk, namun lebih dekat pada sifat ketuhanan. Dia adalah satu, namun masih masih bukan Tuhan yang sesungguhnya. Dalam keadaan ini, Roh bukan lagi makhluk dan tidak berkaitan dengan makhluk.
6. Akhirnya semua sifat tuhan dalam Martabat Wahdah, termasuk sifat Hayyun atau Maha Hidup,yaitu ketika Roh Agung termasuk didalamnya, digulung menjadi satu. Jadilah Dzat Tuhan atau uni nong ana ning atau Aku.
[1] Alloh jadikan srba empatSyariat thoriqot hakikat makrifat Manjadi satu di dalam khalwat Rasa nyamannya tiada tersurat.
Parafrase:
`Alloh menjadikan serba empat`, diterangkan oleh Syech Abdul Jalil dibaris berikutnya, serba empat yang pertama adalah `syariat, thoriqot, hakikat, makrifat`.Urut-urutan ini seolah olah sesuatu yang baku untuk beberapa dekade. Tidak jelas dalil atau dasarnya (Qur-an-Hadits-nya), tapi banyak yang memakai urut-urutan tingkatan atau tahap yang harus ditempuh seperti itu, yaitu syariat dulu (syariat di sini bisa dipahami sebagai ajaran agama yang mengatur wujud lahir manusia), baru thoriqoh ( thoriqoh sendiri artinya `jalan`, bisa dipahami sebagai masa transisi atau proses dari syariat menuju hakekat.), baru setelah itu hakekat (hakekat bisa diartikan esensi atau jiwa atau hal-hal yang menyangkut isi dari agama), baru kemudian makrifat (ma`rifat di sini bisa dipahami ma`rifatulloh, yaitu mengenal Alloh dengan sebenar-benarnya kenal).Sebagai bahan rujukan disalah satu hadits disebutkan, awalauddin ma`rifatulloh , awal di dalam beragama adalah ma`rifatulloh. (Tetapi kenapa ma`rifatulloh itu ditempatkan pada tahap yang terakhir??)
`Menjadi satu di dalam khalwat`, `khalwat` adalah salah satu `riyadhoh`, atau salah satu latihan bagi salik, dimana saat ber-kholwat itu seluruh perhatian, jiwa, raga, rasa, semata-mata ditujukan pada Alloh, hal ini berarti, menurut Syech Abdul Jalil, syariat, thoriqot, hakekat, dan ma`rifat, ke-empat-empatnya itu `dilakukan` saat ber-khalwat.Keterangan tambahan, kholwat ini biasanya dipahami oleh sebagian orang yaitu `riyadhoh` yang dilakukan Nabi Muhammad saat beliau berada di gua Hiro`.Karena secara jelas, jarang sekali ada yang membahas tentang apa yang dilakukan Nabi di gua Hiro`, dan secara syariat atau hukum-hukumnya bagaimana??.Padahal hal itulah yang intensif dilakukan Nabi Muhammad sebelum pengangkatan kenabian. Kadang 7 hari, kadang 10 hari, kadang 21 hari kadang 40 hari bahkan diceritakan pernah hampir 2 tahun Nabi Muhammad berada di Gua Hiro`.
`Rasa nyamannya tiada tersurat`, Rasa saat ber-khalwat, -dalamber-syariat, thoriqot, hakekat, ma`rifat-, digambarkan oleh Syech Abdul Jalil, sebagai rasa yang tidak bisa dilukiskan (diistilahkan `tiada tersurat`), hanya para pelaku-pelaku khalwat saja yang merasakannya.
[2]. Huruf Allah ampat banyaknya Alif i`tibar dari pada DzatNya Lam awal dan akhir sifat dan AsmaNya Ha isyarat dari af`alNya
Inilah penjelasan yang kedua tentang serba empat. Yaitu diambil dari huruf Alloh, Alif, Lam, Lam, Ha, yang jumlahnya adalah empat.`Alif i`tibar dari pada DzatNya`, `Lam awal dan akhir sifat dan AsmaNya`, Ha isyarat dari af`alNya`.Saya buka di naskah lain, yaitu naskah dari Syeh Muhyiddin tentang`Martabat tujuh`, tampak ada hubungan erat antara pengertian `martabat tujuh` dengan yang dijelaskan oleh Syech Abdul Jalil ini. Yaitu yang diterangkan oleh Syech Abdul melalui sarana huruf-huruf dalam kata `Alloh` ini, menerangkan 4 martabat yang juga diterangkan dalam `martabat tujuh`.Dan ini membuat muncul kesimpulan awal bahwa Syech Abdul Jalil juga memperoleh pelajaran tentang `martabat tujuh` ini. Untuk pemahaman Istilah- istilah ini lebih baik anda cari bukunya sendiri tentang `martabat tujuh`, karya Syeh Abdul Muhyi, Pamijahan.
[3]. Jibril, Mikail Malaikat muliaIsyarat sifat Jalal dan JamalIzrail, Israfil rupa pasanganyaI`tibar sifat Qohar dan Kamal
Serba empat yang ketiga dijelaskan oleh Syeh Abdul Jalil, denganmenjelaskan Malaikat-malaikat tertentu yaitu Jibril, Mikail, Izrail danIsrafil. Dimana di jelaskan oleh Syech Abdul Jalil di sini, malaikatJibril dan Mikail sebagai malaikat mulia -`Jibril, Mikail Malaikatmulia`-, Isyarat dari sifat Jalal dan Jamal Nya Alloh. (artinya Jalal danJamal -lihat di buku-buku tentang Asma`ul husna). Sementara itupasangannya adalah malaikat Izrail dan Israfi sebagai i`tibar sifat Alloh yang Maha Qohar dan Maha Kamal.(artinya Qohar dan Kamal baca pula dibuku tentang asma`ul Husna.
[4]. Jabar Ail asal katanyaBahasa Suryani asal mulanyaKebesaran Alloh itu artinya Jalalulloh bahasa Arabnya
Syech Abdul Jalil di sini menerangkan serba empat yang ke-empat tetapi dengan bahasa tersirat, karena di sini, dibahas tentang asal muasal Jalalulloh dari bahasa wahyu menjadi bahasa lahir yaitu bahasa Arab.Apakah Qur`an itu diturunkan Alloh dalam bahasa Arab??. Maha Suci Alloh, hanya Alloh yang tahu bahasa wahyu itu.`Jabar Ail` ini sebagai dimaksudkan atau diistilahkan komunikasi awal antara Alloh dengan Jibril (memakai bahasa `wallohu`alam`). Mengacu dari nama `Jibril` menjadi `Jabar-Ail`, tahap yang kedua diterangkan oleh Syech Abdul Jalil, `Bahasa Suryani asal mulanya`, Bahasa suryani di sini sering dipahami sebagai bahasa malaikat, mirip-mirip bahasa arab,tapi tidak bisa di artikan meskipun ada maknanya.Contoh lain bahasa Suryani, bi ajin ahujin jalajalyu tu jaljalat`, saya`intip` dari kitab rahasia yang biasanya dibaca dengan ritme tertentu dalam suatu kelompok mistis tasawuf.Tahap ketiga yaitu `Kebesaran Alloh itu artinya`, dalam tahap ini, berarti bahasa `wahyu` tadi sudah bisa diterima oleh manusia, dan baru diberi simbol atau bentuk, karena lewatnya Muhammad si Orang Arab, maka menjadilah `Jalalulloh bahasa Arabnya`.
[5]. Nur Muhammad barmula nyataAsal jadi alam semesta Seumpama api dengan panasnya Itulah Muhammad dengan Tuhannya
Di sini, tampak lebih jelas bahwa Syech Abdul Jalil atau Datuk Sanggul ini, lagi-lagi menjelaskan pelajaran tentang `martabat tujuh`, hal ini dikatakan dalam syair,` Nur Muhammad barmula Nyata`. Dalam kitab `martabat tujuh` baik yang dikarang oleh Syeh Abdul Muhyi maupun karya Haji Hasan Mustapa, yang ujung-ujungnya akan kita temui dalam pendapat Ibnu Arobi, Nur Muhammad diyakini sebagai asal muasal penciptaan alam semesta.Dijelaskan oleh Syeh Abdul Jalil di baris ke dua,` Asal jadi alamsemesta`. Di pembahasan tentang `martabat tujuh` di kitab yang saya sebutkan di atas, `Nur Muhammad` ini berada pada martabat `wahdah`, atau martabat yang ke dua, tempatnya sifat Alloh. Lihat perkataan Syeh Abdul jalil sendiri pada bagian [2] Alif i`tibar dari pada DzatNya, Lam awal adalah sifatNya.Dengan jelas dikatakan di baris berikutnya,`Seumpama api dengan panasnya`,`Itulah Muhammad dengan Tuhannya`. Api adalah perlambang DzatNya, sedang panas perlambang dari sifat api atau sifat dari DzatNya tadi. Ini juga di sebutkan dalam `martabat tujuh`, yaitu martabat `ahadiyah` dan `wahdah`.Ada kesamaan pemahaman.
[6]. Api dan banyu tanah dan hawa Itulah dia alam dunia Manjadi badan barupa-rupaTulang sungsum daging dan darah
Serba empat yang berikutnya di sini diterangkan oleh Syeh Abdul Jalil yaitu api, air , tanah dan udara (hawa), inilah yang menjadi unsur-unsur terbentuknya jasmani manusia.`Itulah dia alam dunia` kata Syeh Abdul Jalil,`Menjadi badan yang bermacam-macam`,(`manjadi awak barupa-rupa`).` tulang sungsum daging dan darah`. Kembali lagi penurunan air menjadi tulang, api menjadi darah, tanah menjadi daging dan hawa (udara) menjadi sungsum, kita temui juga dalam bahasan `martabat tujuh`.
[7]. Manusia lahir ke alam insan Di alam ajsam empat berkawan si Tubaniyah dan Tambuniyah Uriyah lawan si Camariyah
`Manusia lahir ke alam insan`, di alam ajsam empat unsur itu berkawan atau menjadi satu dengan si Tubaniyah Tambuniyah, Uriyah dengan si Camariyah. Kembali lagi dapat kita temui pemahaman yang sama untuk masalah alam ajsam ini di kitab tentang `martabat tujuh`. Bersatunya unsur-unsur jasmaniah yang kasar, dengan empat unsur dari jasad halus (jisim latif). Tubaniyah, mewakili (istilah) jisim latif dari unsur air, Tambuniyah mewakili (istilah) jisim latif unsur tanah, Uriyah, mewakili (istilah) jisim latif dari unsur api, Camariyah mewakili (istilah) jisim latif dari unsur udara atau hawa.Pemahaman empat jisim latif ini juga ada di budaya jawa (Kejawen), yaitu yang di sebut `papat dulur` atau `empat saudara`. Hanya sebagian besar kadang memahami jisim latif ini merupakan keghoiban yang tinggi atau bahkan yang tertinggi. Padahal dalam hal keghoiban adalah termasuk relatif rendah, karena sebenarnya adanya jisim latif karena adanya jisim yang kasar ini.
[8]. Rasa dan akal, daya dan nafsu Di dalam raga nyata bersatu. Aku meliputi segala sesuatu Mata,ujung, rambut ke ujung kuku
Serba empat yang berikutnya yaitu,`Rasa dan akal, daya dan nafsu`,`Di dalam raga (jasmani) nyata bersatu`. Di sini, Syech Abdul jalil /Datuk Sanggul tampaknya ingin mengingatkan kita bahwa dalam jasmani atau dalam raga kita itu ada rasa ada akal, ada daya dan ada nafsu. Datuk Sanggul juga memilah Rasa dan akal. Ini sebagaimana pemahaman bahwa Rasa dan akal sebagai karunia Tuhan, berhubungan erat dengan Qolb (Qolb ini diterangkan oleh Datuk Sanggul di bait berikutnya [9]). Atau bisa dipahami sebagai Cahaya rasa dan Cahaya akal. Hal ini diterangkan di baris berikutnya,`Aku meliputi segala liku`.Di dalam AlQur`an S.Nur (35),Allohunurrussamawati wamaa fil ardli…….Cahaya Alloh itu meliputi langit dan bumi………Ayat ini yang kadang dianggap sebagai pintu gerbang bagi para pengikut tasawuf, untuk menuju ke tingkat `martabat` yang lebih tinggi. Merupakan satu ayat yang pokok di dalam menjelaskan masalah lapisan-lapisan cahaya dari cahaya hamba sampai cahaya ketuhanan. Cahaya rasa dan akal mewakili cahaya ruh idhofi cahaya malaikat, cahaya daya (daya) mewakili ruh Robani (tidak ada daya dan kekuatan melainkan daya Alloh, La haula wala quwataila billah), sedangkan nafsu (cahaya nafsu), mewakili cahaya jasmani (raga). Sedangkan Cahaya Alloh meliputi segala sesuatunya. Memakai pemahaman `martabat tujuh`, maka Cahaya rasa dan akal berada pada martabat `alam arwah` dan `alam mitsal`, sedangkan cahaya daya (ketuhanan) berada pada martabat alam `ahadiyah`, `wahdah`,wahidiyah`. Sedangkan cahaya nafsu berada pada martabat `alam ajsam` dan `insan kamil`.Sedangkan Alloh meliputi segala sesuatu,` Matan hujung rambut ka hujung kuku`,`Mulai ujung rambut sampai ujung kuku. Mulai martabat `Ahadiyah` sampai martabat `insan kamil`..
[9]. Tubuh dan hati nyawa rahasiaSatu yang dzohir amat nyatanyaTiga yang batin pasti adanyaAlam soghir itu sabutnya
Serba empat berikutnya dijelaskan oleh Datu Sanggul yaitu `tubuh` dan `hati nyawa rahasia`. Bisa diartikan `hati itu nyawa yang rahasia`. Bisa juga hal ini dikupas dari tiap kata yang mewakili satu pengertian. Yaitu `hati` mewakili satu pengertian, `nyawa` mewakili satu pengertian dan `rahasia` mewakili satu pengertian.Pada tatanan pemahamannya adalah, `tubuh` ini yang dimaksudkan adalah jasmani, `hati` di sini yang dimaksudkan adalah `hati sanubari` (maqomnya `yakin`), `nyawa` di sini yang dimaksudkan adalah `hati maknawi` (maqomnya `ainul yakin`), dan yang dimaksudkan `rahasia` di sini adalah `hati sirri` (maqomnya `haqul yakin`).Gambaran keyakinan ini contohnya sebagai berikut:Kalau manusia melihat ada asap, sebagian sudah yakin, bahwa ada asap pasti ada api (yakin), sebagian meningkatkan keyakinan mereka dengan cara melihat tempat asal asap tersebut. Dan terlihat lah memang ada api-nya (`ainul yakin), sebagian lagi masih meningkatkan keyakinannya, dipeganglah api tadi, dan terasa panasnya, (haqqul yakin).
Saya sementara membatasi pengertian-pengertian di masalah hati ini, karena sangat lekat dengan rahasia mistis yang ada. Dan terlebih lagi bahwa semuanya yang bersifat teoritis tidak ada artinya dipahami bagaimanapun tingginya pemahaman itu, bila tidak dibarengi dengan `perjalanan` sesungguhnya. (maaf)
`satu yang Dzohir amat nyatanya`. Tidak ada maksud lain kecuali menegaskan masalah kenyataan jasmani. `Tiga yang batin pasti adanya`, mengacu pada tiga hal yang sudah disebutkan di atas. `Alam soghir itu sabutnya`,`Alam kecil itu namanya`
Dalam pemahaman tasawuf, manusia ini juga disebut sebagai `alam soghir` atau `alam kecil` karena semua yang ada di alam ini juga ada di manusia. Dalam kitab Hakekat Makrifat, bahkan disebutkan, setiap unsur yang ada di alam besar atau alam kabir, juga ada di alam kecil, manusia ini. Baik H,Li, Na, K, Rb,Cs,Fr, dst….dst……maupun yang lainnya, semua ada di manusia.
Ada 3 analog besar di sini yaitu Alam Kabir atau jagad raya ini, analog dengan manusia (alam soghir), analog dengan Al Qur`an.Di alam besar atau jagad ini secara keseluruhan, di analog-kan dengan manusia secara keseluruhan pula dan analog lain adalah adanya Al Qur`an.Di alam ini ada `bulan` yang menerima cahaya dari matahari, di manusia ada `akal`, dan di Qur`an ada `Do`a-doa` ( Ad do`au mukhul ibadah, `do`a itu otaknya ibadah`) . Di alam ada `matahari` (jantungnya alam), di analog-kan di manusia ada `hati` atau `qolb` atau `jantung`. Di Al Qur`an ada jantungnya yaitu Surat Yasin (Qolbun Qur`an). Inti dari surat Yasin yaitu,Salamun qaulan mirrobirrohim. Di sinilah muncul satu perlambang bahwa hatinya orang-orang yang beriman haruslah di arahkan pada hati yang `salamun` atau selamat atau `Qolbun salim`. Yaitu hati yang terkena goncangan bagaimanapun beratnya, yang terkena ujian bagaimanapun beratnya tetap hati yang ingat dan syukur pada Tuhannya. Hati yang terkena kesenangan bagaimanapun, tetap ingat dan syukur pada Tuhannya. Dalam keadaan apa saja, dalam situasi apa saja, dimana saja, kapan saja, selalu ingat dan syukur pada Tuhannya. Inilah hati yang selamat, `Qolbun Salim`. Tidak berkeluh kesah, tidak kecewa, tidak sedih, tidak menggerutu, dll.
[10]. Mani manikam madi dan madziTitis manitis jadi manjadi Si Anak Adam balaksa katiHanya yang tahu Allahu Rabbi
`Mani manikam`, umumnya diperuntukkan untuk mewakili perhiasan yang indah, bagus, elok, sedangkan di sini, mani manikam menjelaskan soal `madi dan madzi`. Arti `madi dan madzi secara harfiah, .Tapi sepertinya di sini Datuk Sanggul menerangkan `indahnya `perhiasan`, `sel sperma` dan `sel telur`, dalam hubungannya dengan proses persatuan keduanya yang menghasilkan anak adam. Dibaris berikutnya diterangkan,`titis manitis jadi menjadi`, seperti ungkapan,` Abrakadabra`, `Si anak adam balaksa kati`, `Si anak adam beribu beratnya (balaksa kati)`. Datuk sanggul memakai istilah berat di sini sepertinya untuk menggantikan istilah `banyak`. Bisa di artikan,` Si Anak adam menjadi banyak sekali`. `Hanya yang tahu Allahu Rabbi`. Nah ini agak sulit memahaminya, apa yang dituju dengan Datuk Sanggul. Apakah yang dituju itu masalah jumlah anak adam itu sampai seberapa banyak, ini yang tahu hanya Alloh?atau, rahasia persatuan `madi dan madzi` tadi hanya Alloh yang tahu?atau rahasia di dalam diri anak adam itu hanya Alloh yang tahu?
Mengacu pada baris sebelumnya, (dianggap yang diberi keterangan adalah baris sebelumnya), maka yang dimaksud hanya Alloh yang tahu adalah jumlah dari si anak Adam, sampai kapankah berakhirnya proses reproduksi, atau proses tambahnya anak adam ini. Dan ini sesuai dengan Hadits Nabi waktu di tanya oleh malaikat Jibril,Ya Nabi, kapankah datangnya kiamat itu?( kiamat bisa dipahami sebagai akhir masa reproduksi anak adam, atau akhir masa manusia yang di waktu itu sudah tidak ada kelahiran lagi.) Nabi menjawab,Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. Karena waktu datangnya kiamat hanya Alloh yang mengetahuinya.
[11]. keempat-empatnya kadang terpisah Datang dan balik kapada Allah Asalnya kita dari pada tanah Asalnya pun tanah sudah pasti kembali ketanah
`Keempat-empatnya tidak terpisah`, kata Datu Sanggul. Keempat-empatnya di sini, dimaksudkan masalah serba empat yang sudah dijelaskan di atas.`Datang dan pergi kepada Alloh`, mengacu pada ayat Inna lillahi wa ina ilaihi roji`un,`siapa yang berasal dari Alloh akan kembali kepada Alloh.Dalam bahasa jawa umumnya di sebut,Sangkan paraning Dumadi.`Asalnya jasad dari pada tanah`,`Asalnya jasmani dari tanah`, `asalnya tanah sudah pasti`, `asalnya tanah-pun sudah ditentukan`.Nah, di sini Datuk Sanggul ingin menunjukkan pada kita, bahwa yang kembali pada Alloh itu bukan manusia dari unsur jasmani karena asal jasmani adalah tanah dan dari tanah kembali ke tanah lagi, melainkan unsur rohani-lah yang datang dan perginya dari Alloh.Di sini muncul dua pemahaman.Sangkan paraning Dumadining Jasmani, yaitu `dari tanah kembali ke tanah`dan, Sangkan paraning Dumadining Ruhani, inilah yang `dari Alloh dan akan kembali ke Alloh`
Dua hal ini, bagi yang kurang paham kadangkala di samakan. Kadang dianggap kita kembali pada Alloh dengan jasmani dan rupa kita dan dengan jenis kelamin yang kita miliki. Padahal rupa kita, jenis kelamin kita, itu adalah bawaan jasmani. Bukankah tidak pernah kita temui adanya dalil, baik Qur-an maupun hadits yang menerangkan bahwa ruhani itu ada yang laki atau ada yang wanita???
Kadang ada yang berlogika bahwa saat kita mati, saat itulah yang tetap di akherat. Artinya bila kita mati muda, maka dengan wajah muda kita itu kita menghadap Alloh, sedang bila kita mati tua, maka wajah tua kita itu yang menghadap Alloh.Nah, kalau anggapan ini diteruskan, muncul persoalan yang tak terjawab. Kalau kita mati dengan usia yang lebih tua dari kakek kita waktu mati, maka bukankah `lucu` ,karena logikanya menjadi, kita menghadap Alloh lebih muda kita dari pada kakek kita. Naudzubillah, pikiran yang sesat.Ingatlah satu hadits,Alloh tidak melihat rupamu, tidak melihat pakaianmu, tidak melihat jasmanimu, melainkan yang dilihat Alloh adalah hatimu Sekali lagi, `asal dari Alloh`, `kembali ke Alloh`, `asal tanah kembali ke tanah`. Ini yang ada dalilnya di Qur`an. Dan ini pula yang diterangkan oleh Datuk Sanggul.
[12]. Dadalang Simpur barmain wayangWayang asalnya sikulit kijangAgung dan sarun babun dikacangKaler di pasang di atas gadang
`Dadalang simpur bamain wayang`, bisa di artikan ` Dalang bekerja bermain wayang`.`Simpur`, sepertinya di ambil dari bahasa Jawa,`Sampur` yang berarti`selendang`, tapi apabila dikatakan `ketiban sampur`, atau `ketibanselendang`, sama artinya terkena suatu beban kerja`. Jadi `Dalang bekerja bermain wayang.`
Suatu turunan dari kebudayaan Hindu di India, yang dibawa masuk ke Indonesia, khususnya Jawa adalah `Pagelaran Wayang`. Dan setelah masuknya agama Islam, melalui para wali-wali (terutama wali sembilan), maka cerita-cerita dalam wayang di modifikasi sehingga semuanya membawa nafas ajaran agama Islam. Seperti cerita,`Dewa Ruci` yang katanya karya Sunan Bonang. Dan yang senang memakai wayang untuk memberikan pelajaran tentang agama Islam, terutama sekali memang Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang (konon).Perlambang didalam wayang inilah, yang dipakai oleh Datuk Sanggul untuk menerangkan maksudnya. `Dalang kerja bermain wayang`, `Wayang asalnya si kulit kijang`.
`Agung dan Sarun Babun di kacang`.Untuk satu bait ini, lama saya merenung, mempertanyakan apa yang dimaksud oleh Datuk Sanggul dalam memakai Istilah ini, karena istilah `sarun babun dikacang`, tidak saya temukan dalam istilah bahasa Banjar (yang sekarang), tidak pula saya temukan di istilah bahasa Arab maupun Melayu. Atau mungkin saja saya yang memang tidak tahu bahwa istilah itu sebenarnya ada dalam salah satu bahasa tadi.Bahkan saya juga sempat berpikir, jangan-jangan Datuk Sanggul memakai bahasa `Suryani`.Tapi, kalau melihat di baris berikutnya,` Kaler dipasang di atas gadang`, tampak serapan bahasa jawa ke dalam bahasa Banjar.(Karena sudah saya tanyakan pada orang-orang Banjar sendiri, bahwa tidak ada istilah itu)., yang kata itu berasal dari bahasa Jawa yaitu,` Kelir dipasang di atas gedang`. Artinya,` Kelir` itu layar putih yang ada sebagai `background wayang`. `dipasang di atas gedang`. `gedang di sini dimaksudkan adalah `pisang` atau `pohon pisang`. Kalau istilah Jawanya `dhebog` (bacanya seperti `the book`).
Alhamdulillah ada salah seorang sahabat memberitahukan bahwa di kitab karya KH.Haderanie tentang Ma`rifat Musyahadah Mukasyafah Mahabah, maksud dari`Agung dan sarun babun dikancang` itu :
Agung = gong;Sarun = Saron;babun = genderang; dikancang = dikencangkan talinya
Dengan memakai pemahaman `Martabat tujuh`, baris ke tiga dan keempat bisa dipahami sebagai berikut,:`Agung dan sarun babun di kacang`.`Kaler dipasang di atas gadang`.`Agung` mewakili Dzat Alloh dalam martabat `Ahadiyah`, `sarun babundikacang` mewakili dan menceritakan `kemuliaan` dari martabat yang kedua dan ketiga. Karena lanjutannya adalah `Kelir` yang dalam filsafat Islam di jawa ini dipahami sebagai `Jagad` alam semesta ini. Yang berada pada martabat ke enam dan ketujuh, yaitu `alam ajsam` dan `alam insan kamil`. Sedangkan `pohon pisang` atau `gadang` yang dipakai menancapkan `Kelir` tersebut adalah mewakili perlambang `alam arwah` dan `alam mitsal`.
[13]. Wayang artinya si bayang-bayangAntara kadap si lawan tarangSemua majaz harus dipandangSimpur balakun hanya saorang
`Wayang artinya si bayang-bayang`, Dipahami dalam filsafat Islam yang di Jawa, bahwa makna `wayang` memang berasal dari kata `bayang`. Menandakan bahwa `wayang itu si bayang-bayang`. Demikian juga manusia ini, yang dilambangkan sebagai wayang, adalah merupakan bayang-bayang dari Alloh ta`ala.Hal itu juga yang menjadi alasan, kenapa wayang yang indah warna-warnai, tapi yang ditunjukkan pada penonton justru bayang-bayangnya. Tetapi bila penontonnya atau si wayang sendiri bisa memahami hakekat diri, maka tampaklah keindahan atau kemuliaan dirinya. Dan kalau diteruskan kesadarannya, maka sadarlah, bahwa yang menggerakkan wayang adalah si dalang.Man arofa nafsahu faqod arofa robahu, barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.
Cerita di wayang, sama, atau analog dengan cerita di dunia ini yaitu`Antara kadap lawan si tarang.`Antara gelap lawan terang`.Kalau kita lihat, ada kesamaan filsafat wayang ini dengan filsafat ajisaka yaitu:ha na ca ra ka, da ta sa wa la, pa da ja ya nya, ma ga ba ta nga ada cerita, dua utusan, sama kuatnya, sama matinyaDua utusan ini adalah `kadap lawan tarang`, antara `gelap musuh terang`,antara `kebenaran musuh kebatilan`. Yang memang sudah nash Qur`an juga sampai kiamat nanti, akan terus bertarung antara kebenaran musuh kebatilan ini. Dan barulah saatnya nanti (qiamat), kedua-duanya akan hancur lebur atau mati.
Analog juga dengan filsafat cina,:yang dilambangkan dengan bulatan, yang separo terang dan yang separo gelap. Atau unsur yin dan yang. Hanya saja kalau di filsafat cina ini, dipahami bahwa seputih-putihnya, ada gelap sedikit. Dan segelap-gelapnya ada terang sedikit. Kenisbian gelap dan terang ini yang ditonjolkan.Artinya tidak ada yang benar mutlak dan tidak ada yang salah mutlak.
Tapi Datuk sanggul mengingatkan,`semua majaz harus dipandang`. `Semua wujud atau semua bentuk tetap harus dipandang`, tetapi,` simpur balakun hanya saorang`. Hakekatnya, semua pekerjaan itu berasal dari si Dalang (hanya seorang).La haula wala quwata ila billah. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan hanya dari Alloh semata, (Tauhid).
[14]. Semar, Bagong si Nalagaring Si Jambulita suara nyaringAmpat isyarat amatlah panting Siapa hendak mencari hening
Serba empat yang terakhir yang diceritakan Datuk Sanggul adalah 4punakawan (4 hamba) dalam wayang yaitu,`Semar, Bagong, dan Nologareng(Gareng),` serta` Si Jambulita suara nyaring` yaitu `Petruk`yang rambutnya njambul itu. Mungkin ini bisa dipahami satu tahapan akhir dalam proses manusia yang mencari kebenaran yaitu proses `penghambaan diri` pada Alloh. atau `Hamba Alloh` atau Abdulloh.
Serba empat menurut Datuk Sanggul sangat-lah penting,` Ampat isyarat amatlah panting` bagi `Siapa yang hendak mencari hening` atau `bagi siapa saja yang hendak mencari kebenaran`.
kututup dengan ucapan syukurku Alhamdulillah pada Alloh, pada Nabi Muhammad dan pada Syech Abdul Jalil atau Datuk Sanggul, yang telah memberikanku petunjuk, pengertian dan pemahaman.
Ada kesalahannya, semata-mata adalah karena kedholiman diriku ini., yang tidak mampu memberikan keterangan. beliau adalah salah satu guru besar saya dari guru-guru yang ada semoga gusti pangeran sejati selalu bersamannya.. amin
1. Cita Rasa (dzauq)
Cita rasa adalah pengalaman spiritual langsung. dzauq merupakan tahapan atau lebih tepatnya haal(kondisi spiritual) pertama dalam pengalaman pengungkapan diri Allah
(tajalli) rasa ini di peroleh dari perjalanan rohani dalam berbagai maqomat,serta berbagai perilaku dzikir dari seorang sufi. dari dzauq perjalan seorang sufi terus diarahkan dan hanya larut dalam keesaan tuhan atau syurb (meminum hidangan rohani illahi), sehingga dahaga/haus spiritual menjadi terpuaskan. terkadang tahapan seperti ini juga di sebut sukr atau mabuk spiritual yang secara tidak sadar di luar kendali diri manusia sehingga memunculkan ungakapan spiritual yang luar biasah seperti yang terjadi pada diri al hallaj kalau di jawa ada sunan kali jaga dan sunan kajenar.hal ini terjadi karena rasa terkuasaan oleh wujud tuhan dalam rohaninya. sehingga keakuan manusia benar-benar hilang tidak ada apa-apa selain tuhan itu sendiri kadang tuhan berbicara lewat manusia karna untuk memuji dirinya sendiri seperti ana al haq tau subhani pada dasarnya itulah manusia rohani yang benar-benar yang sudah mencapai tahapan tertinggi. kelanjutan proses dzauq dan bagaimana kondisi rohani seseorang yang larut di dalamnya tidak dapat di tangkap melalui kata-kata orang-orang yang merasakannya pasti tau, dan mereka yang belum merasakannya pasti tidak akan mendapatkan gambaran yang paling pas tentang fenomena ini. dan yang jelas dzauq gerbang utama untuk memperoleh pengetahuan langsung tentang Allah dan dari Allah.jadi seorang sufi yang belum merasakan cita rasa spiritual tidak mungkin akan dapat melampui tahap makrifatullah. mungkin kalau sebatas pengetahuan tentang Allah. secara minim sudah didapatkan, namun pengetahuan tentang langsung dari Allahsebagai inti makrifat belum tentu diperolehnya, kecuali dengan perasaan dzauq. dimana seorang hamba larut dalam penyaksian langsung dengan Allah.
2. Penyingkapan(kasyf)
Kasyf adalah penyingkapan atau pengetahuan langsung yang diperoleh dari Allah setelah seorang sufi berhasil melampui tahapan dzauq. Kasyf merupakan salah satu jenis pengetahuan langsung, yang dengan itu pengetahuan hakikat diungakapkan pada hati seorang sufi. dengan sifat rahmatnya Allah memberikan kepadanya sebuah pengungkapan diri Allah. tidak hanya menambah pengetahuan tentang Allah tetapi juga menambah kerinduan yang menggelora dalam lautan cinta kepada Allah. di sinilah seorang sufi sampai pada tahapan ahl al-kasyf wa al-wujud. dalam penyingkapan itulah mereka menemukan dan bertemu Allah.
Labels:
tasawuf taraqi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment