wisata indonesia news, panorama wisata indonesia news, keindahan alam indonesia, tempat liburan terindah di indonesia, alam nan indah di indonesia, beautiful places
Sunday, 20 April 2014
Isra’ dan mi’raj
Isra’ dan mi’raj
Isra Mikraj (Arab:الإسراء والمعراج, al-’Isrā’ wal-Mi‘rāğ) adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi[1] dan mayoritas ulama,[2] Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri[3] menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mikraj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.
Peristiwa Isra Mikraj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami pertihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S.Al-Israa’:1)
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa yang dialami Rasulullah pada malam 27 Rajab tahun ke 12 kenabian, begitu luar biasanya sehingga Allah mengfirmankan ayat yang menjadi petunjuk mengenai hal tersebut dengan kata SUBHANA, sebuah ungkapan ketika melihat kejadian yang menakjubkan. Menurut imam Al Harits : Tasbih itu berfungsi sebagai bantahan yang menolak kepada orang-or-ang kafir, karena setelah nabi Muhammad SAW menceritakan kepada mereka tentang Isra’ mereka mendustakannya. Jadi artinya adalah bahwa Maha Suci Allah dari menjadikan seorang Rasul yang bohong.
Isra’ dan Mi’raj merupakan dua kejadian yang berkesinambungan dan kesatuan yang tidak terpisahkan. Isra’ berarti perjalanan dimalam hari sedang mi’raj adalah tangga alat naik. Peristiwa Isra’ Mi’raj bermula ketika Malaikat Jibril AS mendapat perintah dari Allah untuk menjemput Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Allah SWT. Jibril membangunkan Rasul dan membimbing-nya keluar Masjidil Haram ternyata diluar masjid telah menunggu kendaraan bernama Buraq sebuah kendaraan yang kecepatannya lebih cepat dari kecepatan rambat cahaya dan setiap langkahnya sejauh mata memandang.
Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.
Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”
“tidak tahu”, kata Rasul.
“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.
Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.
Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul bertanya : “Siapakah mereka ?”
“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.
Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.
“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).
Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.
Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.
Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“.
Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.
“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.
Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.
Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.
Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu.
Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah
mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.
Mandapat Mandat Shalat 5 waktu
Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi ? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.
Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrel pun, Al – Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika.
Sumber : Risalah Dakwah Mau’izah Hasanah No. 525 – 8 Agustus 2008
1. ^ Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha'sha'ah, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Diapun menyebutkan hadits Mi'raj, dan di dalamnya: "Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha". Lalu Nabiyullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengisahkan: "Bahwasanya daunnya seperti telinga gajah dan bahwa buahnya seperti bejana batu". Hadits telah dikeluarkan dalam ash-Shahihain dari hadits Ibnu Abi Arubah. Hadits riwayat al-Baihaqi (1304). Asal hadits ini ada pada riwayat al-Bukhari (3207) dan Muslim (164).
2. ^ Kabil Akbar katanya: “Allah SWT telah menciptakan sebuah pohon di bawah Arsy yang mana daunnya sama banyak dengan bilangan makhluk yang Allah ciptakan. Jika seseorang itu telah diputuskan ajalnya, maka umurnya tinggal 40 hari dari hari yang diputuskan. Maka jatuhlah daun itu kepada Malaikat Maut, tahulah bahwa dia telah diperintahkan untuk mencabut nyawa orang yang tertulis pada daun tersebut.
3. ^ Asy-Syaibani berkata: Aku menanyai Zirr bin Hubaisy tentang firman Allah Azza wa Jalla {maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (an-Najm, 53: 9)}. Dia menjawab: "Telah mengabariku Ibnu Mas'ud bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah melihat (bentuk asli) Jibril. Ia memiliki enam ratus sayap." Hadits riwayat Muslim (174), Kitab Iman, Bab tentang Penyebutan Sidratul Muntaha.
4. ^ Dari Abu Dzar, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Apakah paduka melihat Tuhan paduka?". Ia menjawab: "Cahaya. Bagaimanakah aku melihat-Nya?" Hadits riwayat Muslim (178.1), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya "Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya "Aku telah melihat cahaya".
5. ^ Dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: "Seandainya aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, pasti aku akan menanyainya." Lantas dia berkata: "Tentang sesuatu apa?" Aku akan menanyainya: "Apakah baginda melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku telah menanyainya, kemudian beliau jawab: 'Aku telah melihat cahaya'." Hadits riwayat Muslim (178.2), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya "Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya "Aku telah melihat cahaya".
6. ^ Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: "Nabi kalian Shallallahu Alaihi wa Sallam diperintah lima puluh kali salat (sehari semalam), kemudian beliau meminta keringanan Tuhan kalian agar menjadikannya lima kali salat." Hadits riwayat Ibnu Majah (1400) dengan redaksi di atas, dan Ahmad (2884). Menurut al-Albani, hadits ini hasan lighairih.
2. Sidrat al-Muntahā (bahasa Arab: سدرة المنتهى , Sidratul Muntaha) adalah sebuah pohon bidara yang menandai akhir dari langit/Surga ke tujuh, sebuah batas dimana makhluk tidak dapat melewatinya, menurut kepercayaan Islam. Dalam kepercayaan ajaran lain ada pula semacam kisah tentang Sidrat al-Muntahā, yang disebut sebagai "Pohon Kehidupan".
3. Pada tanggal 27 Rajab selama Isra Mi'raj, hanya Muhammad yang bisa memasuki Sidrat al-Muntaha dan dalam perjalanan tersebut, Muhammad ditemani oleh Malaikat Jibril, dimana Allah memberikan perintah untuk Salat 5 waktu.
4. Dalam Agama Baha'i Sidrat al-Muntahā biasa disebut dengan "Sadratu'l-Muntahá" adalah sebuah kiasan untuk penjelmaan Tuhan
5. Sidrat al-Muntahā berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara, sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan, sebagaimana kata ini dipakai dalam ayat berikut:
“ Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm, 53:41-42) ”
6. Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan. Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya. Istilah ini disebutkan sekali dalam Al-Qur'an, yaitu pada ayat:
“ ...(yaitu) di Sidratil Muntaha. (An-Najm, 53:14) ”
Sidratul Muntaha digambarkan sebagai Pohon Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai Langit Keenam hingga Langit Ketujuh. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu.[1]
Menurut Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di bawah 'Arsy, pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah makhluk ciptaan Allah.[2]
Allah berfirman dalam surah An-Najm 16,
“ Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya (an-Najm, 53: 16) ”
Dikatakan bahwa yang menyelimutinya adalah permadani yang terbuat dari emas.
Jika Allah memutuskan sesuatu, maka "bersemilah" Sidratul Muntaha sehingga diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu adalah "permadani emas". Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam hadits-hadits tentang Isra Mi'raj tersebut menurut sebagian ulama hanyalah berupa gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata.
Dikatakan bahwa Muhammad telah melihat wujud asli dari Malaikat Jibril yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap.[3]
“ Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (An-Najm 53:13)
Dikatakan pula bahwa Muhammad telah melihat Allah yang berupa cahaya.[4][5]
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihat-Nya dengan mata kepala atau mata hati? Masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri. Di antara yang berpendapat bahwa beliau pernah melihat-Nya dengan mata hati antara lain al-Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani dalam tahqiq beliau terhadap Syarah Aqidah ath-Thahawiyah. Salah satu argumentasi mereka adalah hadits di atas.
Di Sidratul Muntaha ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan perintah salat 5 waktu. Perintah melaksanakan salat tersebut pada awalnya adalah 50 kali setiap harinya, akan tetapi karena pertimbangan dan saran Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri, serta kasih dan sayang Allah Subhanahu wa Ta'ala, jumlahnya menjadi hanya 5 kali saja. Di antara hadits mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud.[6]
Dari Abdullah (bin Mas'ud), ia telah berkata: "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diisrakan, beliau berakhir di Sidratul Muntaha (yang bermula) di langit keenam. Ke sanalah berakhir apa-apa yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan ke sana berakhir apa-apa yang turun dari atasnya, lalu diputuskan di sana."
Ia berkata: "Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diberi tiga hal: Diberi salat lima waktu dan diberi penutup Surah al-Baqarah serta diampuni dosa-dosa besar bagi siapapun dari umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun".
HR Muslim (173) dengan redaksi di atas, at-Tirmidzi (3276), an-Nasai (451), dan Ahmad (3656 & 4001).}}
Persoalan dari saya ia lah BAGAIMANA israk dan mikraj itu terjadi kerana semua orang orang Islam inginkan perkara yang logik dan masok akal bagaimana perjalanan malam Nabi dari Mekah ke Jerusalem di lakukan memandangkan pada masa itu adalah waktu malam sedangkan Nabi melihat sasuatu perkara yang akan berlaku di masa hadapan pada waktu siang tentu nya.Jika pada waktu malam, apa yang Nabi s.a.w. nampak? Adakah Nabi membawa lampu colok? ini yang harus di huraikan. Seperkara lagi, Bagaimana Nabi s.a.w. berangkat ke langit dan menurut Nabi, baginda hanya menunggang sekor Dabbah atau Baghal dari Mekah ke Jerusalem. Menurut Para Ulamak, Baginda telah berangkat dengan sesuatu yang di namakan Buraq atau Barqu atau kilat.Terangkan sepenoh nya supaya semua orang tahu supaya kami tidak teragak agak atau menduga duga macam orang tongong memikirkan akan keadaan sebenar nya. Tunjukan juga pada orang orang kafir yang selama ini mengaggap Israk dan Mikraj Nabi s.a.w. sebagai perkara remeh. Jika alasan alasan yang di hujahkan dapat di terima oleh akal yang sihat dan lojik, alangkah lebih berarti nya kisah Israk dan Mikraj Rasulullah ini? Selama ini semua kisah kisah Mikraj di kaitakan dengan Buraq yang merupakan binatang kuda berkepak yang mana tidak lojik, bohong , dan tak masok akal! Istilahkan dengan sejujurnya apakah yang di artikan dengan “barqu” atau dalam bahasa malaysia sebagai “kilat atau petir” yang di tahyulkan oleh orang orang Yahudi dan Nasrani Kafir di zaman Rasulullah s.a.w. semata mata untuk memperendahkan martabat Rasulullah yang begitu agong sekali! Jika keadaan dongeng ini tidak di ubah dari sekarang, bila lagi? Hingga ke jenerasi yang akan datang kelak, semua orang menceritakan perkara yang sama ia itu Buraq atau Barqu merupakan sekor binatang kuda yang berkepak terbang bersama tertenggek nya Malaikat Jibril a.s. dan Rasulullah s.a.w. ke planet yang lebih jauh dari Pluto. Kanak kanak umur 10 tahun pun tahu bahawa itu adalah cerita dongeng dan jika demikian, bagaimana kanak kanak mahu mempertebalkan keimanan mereka akan kisah kisah Israk dan Mikraj ini? Tonjolkan ayat ayat quran yang sudah pasti ada menerangkan bagaimana Rasulullah s.a.w. menuju ke planet Muntaha kerana Jibril a..s. sendiri boleh meluncur lebih cepat dari cahaya kerana Jibril berasal dari cahaya. Kenapa pula Jibril a.s. memerlukan kuda berkepak untuk terbang bersama Nabi? Jika kisah sebenar dapat di tonjolkan, siapalah tahu mudah mudahan dengan izin Allah Taala orang orang kafir akan melopong mulut mereka kerana tercengang memikirkan betapa lojik nya perjalanan Nabi orang orang Islam ini ke planet Muntaha dan terus memelok ugama Islam
Kpd bpk ISM dimanapun saudara berada,
Islam itu ilmiah dan amaliah. Semua itu bs dibuktikan dg kelimuan tekhnologi masa kini. Seperti teori Albert Einstein E=m.c2 adalah rumusannya. Dimana Energi tak terhingga yang dibuat ketika massa (benda/makhluk) bergerak dg kecepatan cahaya ( setara dg 299.792.458 meter per detik (m/s) di dalam ruang hampa ) kuadrat dan itu sudah ada pembuktiannya bertahun2x semenjak teori itu dimunculkan.
Begitu juga Yang Mulia Muhammad Rasulullah SAW ketika ber isra’ and Mi’raj, beliau digerakkan oleh Energi Tak Terhingga yaitu dari ALLAH SWT sendiri dengan kehendakNYA, Rasulullah bisa berpindah tempat yang begituuuuu jauh jarak tempuhnya.
Dan sebelumnya telah dijelaskan didalam Surah Al-Kahf (bahasa Arab:الكهف, al-Kahf, “Gua”) disebut juga Ashabul Kahf adalah surah ke-18 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Dinamai Al-Kahf dan Ashabul Kahf yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surah ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua BERTAHUN-TAHUN LAMANYA TANPA MAKAN TANPA MINUM.
Demikian dari saya, jika saudara masih tetap tidak haqul yakin pada Isra Mi’raj mungkin saya hanya bisa berdoa semoga ALLAH mengampuni kita semua karena inilah salah satu tanda2x akhir dunia dimana UMAT MANUSIA MULAI MELOGIKAKAN TUHANNYA. ASTAGHFIRULLAH…benar, bahkan jika Allah menghendaki, Allah dapat memindahkan nabi Muhammad tanpa kendaraan apapun, kun fa yakun jadi maka jadilah pindah dalam sekejap di sidratul muntaha, hahaha rasanya.
Tetapi katanya Ilmiah dan Amaliah….. terus kok dilarang melogikannya?
Mengenai Haqul yakin datangnya dari mana? Ilmiah nya dimana? Apakah kalau kita sudah membaca Al Quran dan Hadist atau juga barangkali telah mendapat informasi dari yang lain2nya dan karena kita beragama Islam, apakah berarti kita harus Haqul Yakin? padahal kita belum membuktikannya sendiri bahwa itu adalah REAL dan ILMIAH tetapi hanya tulisan dan cerita saja
Aslkm..saya mau bertanya..saya mendapat tantangan dari seorang kristiani mengenai sejarah Isra Mi’raj..dia berkata bahwa :
> Muhammad menerima Quran sekitar umur 40 tahun dan menerima perintah
> solat pada umur Nabi 50 tahun sehingga timbul pertanyaan kok begitu
> lama perbedaan waktunya.
>
> Hingga Muhammad SAW wafat yaitu 12 Rabiul awwal tahun 11 Hijriah atau
> 8 Juni 632 Masehi, Masjidil Aqsa belum pernah ada, baru kemudian
> Masjidil Aqsa itu mulai dibangun oleh Kalifah Umayah pada tahun 691
> Masehi. Dan diselesaikan oleh pembangunannya oleh Kalifah Walid pada
> tahun 715 Masehi. Jadi Masjidil Aqsa mulai dibangun setelah 59 th
> wafatnya Nabi.
>
> Sehingga banyak aliran Aliran yang berpendapat Israa Miraj adalah
> mimpi belaka.
> Jadi ayat Al-Israa 1 itu bisa disimpulkan bukan dari ucapan
> Muhammad…. . Nah lho…….
itu katanya…apakah itu benar…ada teman saya yang lain berkata bahwa”itu adalah jebakan untuk memecah belah Islam, jadi tidak perlu di tanggapi.Tapi saya tetap penasaran…saya masih berkeyakinan bahwa kristianilah yang salah..
Mohon bantuannya…..agar semua terkuak kebenarannya…
Buat penulis komentar Saudara Wiwit pada 8/12/2009!
Semua kaum muslimin di fahamkan akan mikraj Rasulullah s.a.w. berlaku semasa Baginda dalam keadaan sedar ia itu jiwa raga jasad dan roh baginda dalam keadaan komplet.Itulah tujuan Allah Taala mengangkat kekasih Nya ke Sidratul Muntaha dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. untuk menunjukan sebahgian dari tanda tanda Tuhan Nya (Tuhan semesta alam) yang memiliki segala penjuru langit.Rasulullah s.a.w. benar benar telah menjelajahi alam jagat di mana tiada seorang maknusia pun yang menikmati peluang sedemikian rupa dari Allah Taala.Semua permandangan jagat raya yang dunia nikmati sekarang hanya sekadar pantolan dari satelite melalui kaca tv tetapi tidak buat baginda rasul s.a.w.Baginda benar benar melihat nya sendiri ( mungkin kesemua planet dan bintang ) dengan biji mata baginda sendiri.Semua Malaikat penjaga langit di perkenalkan terlebih dahuli oleh Jibril a.s. kerana Malaikat penjaga langit tadi dapat melihat maknusia yang di bawa oleh Jibril a.s. bersama nya semasa penerbangan di lakukan.Dari itu, berani saya menyatakan pendapat Saudara Wiwit akan teori Einstein atau yang semisal dengan nya amat jauh terkeliru dan tidak benar.Jika demikian hal nya, apa yang Nabi s.a.w. nikmati sepanjang penerbangan baginda? Bagaimana Jibril a.s. memperkenalkan Nabi s.a.w. kepada malaikat penjaga langit?Lagi pon, apa guna nya dada Nabi s.a.w. di bedah dan di berkahi? Bukan kah semata mata supaya untuk menghindari diri Nabi s.a.w. dari merasa takut dan ngeri gerun semasa penerbangan angkasa raya di lakukan ? Sedangkan astronout memerlukan pakaian khas yang begitu meremehkan untuk meneroka angkasa.Tetapi tidak buat diri rasulullah s.a.w. kerana ia nya di lakukan oleh Allah Taala sendiri.Apabila Jibril a s. dan rasulullah s.a.w. sampai di planet Muntaha, Jibril telah memperlihatkan wajah nya yang asli sekali lagi.Dari itu, dengan wajah apa yang Jibril a.s. melakukan penerbangan? Persoalan ini timbul setelah tercatit nya ayat di Surah An Najm baris no 13 ” Dan sesungguh nya ia ( Nabi s.a.w. ) telah melihat nya itu ( Jibril a.s. ) di waktu yang lain ia itu di Sidratul Muntaha” Buat pertama kali nya, Nabi s.a.w. melihat jibril a.s. dalam bentuk asli nya ada lah di Gua Hira semasa Nabi s.a.w. pertama kali menerima wahyu. Lagipun, di Sidratul Muntaha Jibril a.s. tak perlu mengubah bentuk rupa nya ( sayogia di ingatkan, semua malaikat boleh menyamar walau apa saja ) kerana ia telah berada di alam atau dunia kaum puak nya di mana tiada satu jin apalagi maknusia yang boleh sampai ke sana dan juga tidak satelite kerana dunia malaikat sememang nya telah di tutupi oleh Allah Taala buat mata maknusia lain nya.Itu lah yang di maksud kan oleh ayat An Najm ” Apabila Sidrah di seliputi sasuatu yang meliputi nya” Ia itu Allah Taala sengaja menutup penglihatan makhlok lain nya ( tidak para malaikat ) tetapi telah membuka mata Nabi s.a.w. menikmati alam malaikat dan sekali gus Nabi s.a.w. telah melihat Syurga dan Neraka ia itu sasuatu yang benar benar ghaib buat mata kita semua.Itu lah nikmat yang ingin Allah Taala berikan kepada Rasulullah s.a.w.Mudah mudahan komen saya yang panjang lebar ini dapat di fikirkan bersama dan jika ada komentar yang lebih baik lagi, boleh kita semua berkongsi untuk pengalaman.
70. Al Ma´aarij:4. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.
Peristiwa Isra Miraj adalah hal yang gaib, tapi kalau kamu semua masih penasaran maka kamu bisa buka dan baca QS: al ma’arij ayat 4 disana kamu bisa melihat dan menghitung berapa kecepatan rata2 malaikat pada saat waktu mereka bergerak dengan menggunakan rumus teori relativitas umum Einstein.
Justru jika kita logika benar benar tidak masuk akal, jika Muhammad melakukan isra’ mi’raj dg tubuh jasadnya dan dengan kecepatan cahaya seperti itu, berarti tubuh Muhammad hrsnya menjadi cahaya, krn massa yang berbentuk benda biasa tidak akan kuat menahan kecepatan cahaya, sedangkan batu meteor yg jatuh masuk bumi saja, yg kecepatannya jauh dibawah kecepatannya cahaya langsung terbakar ketika masuk bumi, apalagi tubuh manusia yg melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya.
Buat renongan Venti Juniardi yang berkomentar pada 25/Sep/2010!
Kesemua ayat ayat dalam al quran adalah ucapan ucapan Allah Taala dan Nabi s.a.w. sedikit pon tiada kena mengena berkenaan dengan nya.Allah Taala mengancamkan Neraka jika ada walau pon sepatah ayat yang Nabi s.a.w. menokok tambah sepertimana yang terjadi dalam kitab Nya yang telah di rosakkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani dahulu. Mereka mereka ini kesemua nya telah Allah Taala tetapkan ke Neraka Jahanam. Nabi s.a.w. tidak menganggap remeh akan perkara ini dari itu, buat pengetahuan Venti, Surah Al Israk sememang nya ucapan Allah Taala dan harus Venti lemparkan ingatan Venti bahawa ia nya adalah dari ucapan Nabi s.a.w.
Surah al Isra yang terjemahan nya:
Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba nya (nabi s.a.w.) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami (Allah Taala) berkahi sekeliling nya agar kami (Allah Taala) memperlihatkan kepada nya(nabi s.a.w.) sebahgian dari tanda tanda kami (Allah Taala) Yang bermaksud tanda tanda kebesaran Allah Taala.
Ulasan bagi ayat di atas adalah bahawa Allah Taala telah memperjalankan nabi s.a.w. dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsa.Masjidil Aqsa dalam ayat di atas yang di maksudkan oleh Allah Taala adalah di Sidratul Muntaha iaitu tempat di mana kesemua Malaikat bersujud mengesakan Allah Taala.Masjidil Aqsa dalam ayat di atas tidak tertuju ke arah Masjid Al Aqsa yang sekarang berada di Palastin.Memang sebenar nya Masjid Al Aqsa pada ketika peristiwa israk/mikraj Nabi s.a.w. belum lagi wujud atau ada.pada masa itu,ia nya berupa tanah lapang yang usang.Masakan kawasan ini Allah Taala berkahi? sedangkan di sini terdapat berbagai perbalahan Israel dan Palastin.Yang sebenar nya, Masjidil Aqsa di Sidratul Muntaha lah yang Allah Taala berkahi kerana di sini adalah alam Malaikat yang ghaib tiada sesiapa pon yang boleh sampai ke sana yang juga terdapat nya Syurga.Cuma Rasulullah s.a.w. yang telah sampai ke sana dalam peristiwa mikraj baginda.Masjid Al Aqsa yang berada di Palastin sekarang baru di bangunkan sasudah kewafatan badinda Rasulullah s.a.w. dan di namakan Masjid Al Aqsa semata mata menjiplak nama Al Aqsa di Sidratul Muntaha.Untuk penjelasan seterus nya, Masjidil Aqsa ada lah tempat bersujud yang terjauh daripada jauh yang tidak terdapat di bumi.Inilah yang sering membingongkan kaum muslimin apalagi orang orang kafir yang sememang nya berkesempatan untuk mentahyulkan perjalanan malam baginda Rasulullah s.a.w.Ini sekadar pendapat saya berdasarkan logik nya fikiran kita jika ada yang berfahaman lebih baik lagi boleh lah kita berkongsi bersama. Jangan terpedaya dengan hujah hujah Pak Ulamak dan Pak Lebai yang sepandai sendiri menterjemahkan hadis akan tetapi seringkali mereka jauh tersesat.Rasylullah s.a.w. faham benar perkara hadis yang di selewengkan benar benar akan terjadi sasudah ketiadaan baginda.
Subhaanalladzii asraa bi ‘abdihii lailam minal masjidil haraami ilal masjidil aqshalladzii baaraknaa haulahuu li nuriyahuu min aayaatinaa innahuu huwas samii’ul bashiir
“Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Al Israa’, 17 : 1) Momen peringatan hari-hari besar Islam seringkali diperingati, namun terkadang karena kurang pada tempatnya dalam menempatkan posisi akal untuk memahami hal yang bersifat ghaib, maka seringkali
kita akhirnya tidak bisa memetik hikmahnya. Padahal, masalah keimanan itu selalu berkaitan dengan hal yang ghaib. Allah SWT berfirman: “Alladziina yu’minuuna bil ghaib” (Al Baqarah, 2 : 3)
Dinamakan sesuatu itu ghaib manakala tidak bisa direkam oleh indra kita, yang karenanya tidak bisa diolah oleh akal. Sebab fungsi akal adalah mengolah data-data yang sempat direkam oleh indra kita. Sesuatu yang tidak bisa dilihat, didengar dan tidak bisa dirasa, tentu tidak akan bisa dimengerti oleh akal
Maka dari itu, peristiwa Isra Mi’raj ini termasuk dalam perkara yang ghaib yang harus diterima oleh keimanan terlebih dahulu sebelum akal. Ketika peristiwa Isra Mi’raj terjadi, maka pada saat itu sempat menghebohkan, bahkan sempat pula melahirkan tuduhan orang-orang musyrikin yang semakin gencar yang menuduh Nabi Muhammad Saw itu adalah orang gila
Hal ini juga sempat mempengaruhi orang-orang Islam pada saat itu. Ketika berita ini sampai kepada Abu Bakar Ash Shidiq Ra dan ummat meminta bagaimana pandangan Beliau, maka hanya satu pertanyaan yang Beliau ajukan kepada para sahabat, “dari mana kalian mendengar terjadinya peristiwa ini ? Kata para sahabat, kami mendengar dari Rasulullah Saw. Lalu Abu Bakar Ra mengatakan, kalau dalam hal ini yang mengatakan Rasulullah Saw, maka kalian tinggal meyakininya saja
Kendati sudah jelas masalah Isra Mi’raj ini berkaitan dengan masalah keimanan, namun kita tetap masih saja bisa menyaksikan tidak sedikit di antara saudara-saudara kita yang tertarik untuk tetap mempersoalkan peristiwa Isra Mi’raj ini dengan pendekatan akal. Sebenarnya tidaklah salah sepenuhnya, tetapi karena kurang tepatnya kita dalam menempatkan posisi akal. Maka seringkali diskusi-diskusi atau seminar-seminar yang diselenggarakan ini tidak mencapai yang diharapkan
Sebagai contoh, masih sering dipersoalkan oleh sebagian orang, apakah peristiwa Isra Mi’raj Rasulullah Saw itu hanya sekadar ruh Beliau, ataukah ruh sekaligus jasadnya ? Kalau dikatakan kepada mereka bahwa peristiwa ini hanya ruh Nabi Muhammad Saw, maka biasanya mereka akan mengatakan di mana letak kebesaran peristiwa itu karena terkesan hampir tidak jauh berbeda dengan mimpi. Tapi kalau dikatakan kepada mereka, bahwa peristiwa itu terjadi bukan hanya ruh Nabi Muhammad Saw saja, tapi ruh sekaligus dengan jasadnya, maka mereka akan mengatakan, bagaimana hal itu bisa terjadi
Pertanyaan ini terjadi semata-mata karena merupakan pendekatan akal belaka yang diutamakan. Menurut mereka, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Saw itu bisa pergi-pulang Isra dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsha (Yerusalem) yang kemudian mi’raj melewati sekian lapis langit untuk sampai ke Sidratul Muntaha hanya ditempuh dalam waktu satu malam ? Padahal menurut penelitian, bila saja manusia keluar dari perut bumi ini tidak mungkin bisa hidup jika tidak dibekali oksigen. Sementara tidak ada keterangan yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw itu dalam Isra Mi’raj-nya dibekali tabung yang berisi oksigen
Kalau kemudian dikatakan kepada mereka bahwa hendaknya ini tidak diukur dengan kemampuan manusia bernama Muhammad, tetapi hendaknya diukur dengan pendampingnya adalah Malaikat Jibril yang notabene malaikat yang diciptakan dari cahaya, maka mereka masih akan berdalih lagi dengan mengatakan, kecepatan cahaya saat ini sudah bisa diukur oleh manusia. Hal ini pun menurut mereka tidak mungkin karena perjalanan sejauh itu hanya ditempuh dalam satu malam. Maka tambah hangatlah diskusi mereka. Inilah merupakan penyakit kronis dari sebagian kehidupan masyarakat kita manakala ada suatu perintah dan larangan dari Allah SWT yang sudah jelas perintah dan larangan-Nya, mereka tidaklah segera melaksanakan perintah dan meninggalkan larangannya, malah disibukkan hanya mendiskusikannya
Sementara pendapat sebagian besar ulama menyatakan, bahwa peristiwa ini terjadi sekaligus ruh dan jasad Nabi Muhammad Saw. Alasan yang mendasarinya karena memang sangat jelas ayatnya menyatakan, Subhaanalladzii asraa bi ‘abdihii. Pengertian Abdun pada ayat ini adalah hamba. Adapun yang dinamakan seorang hamba Allah berarti termasuk ruh dan jasadnya. Demikian pula, diri kita ini termasuk hamba Allah yang tentunya termasuk juga di dalamnya ruh dan jasad kita. Andaikata yang di-Isra Mi’raj-kan itu hanya ruh Nabi Muhammad Saw saja, maka ayatnya akan berbunyi, subhanaalladzii asraa bi ruuhi ‘abdihii, Mahasuci Allah yang telah meng-Isra-kan ruh hambanya yang berarti tidak dengan jasadnya
Dan, seandainya memang yang di-Isra Mi’raj-kan oleh Allah itu hanya sekadar ruh Nabi Muhammad Saw saja, maka tidak akan terasa pernyataan Allah SWT dalam lanjutan ayat-Nya yang menyatakan, “li nuriyahuu min aayaatinaa” (Untuk Kami tunjukkan kepada manusia tanda-tanda kekuasaan Kami
Kini, yang terpenting bagi kita, adakah yang bisa kita petik hikmahnya di balik peristiwa Isra Mi’raj ini ? Sebenarnya ada sesuatu yang bisa kita petik hikmahnya dari peristiwa ini. Bagi kita sebagai seorang mu’min adalah, kita yakin bahwa segala sesuatu yang mustahil menurut akal kita, itu tidak mustahil menurut Allah Yang Mahakuasa. Hikmahnya bagi kita adalah, rasa optimis mesti selalu ada pada diri kita. Sehingga kalau kita dihadapkan pada suatu masalah yang sudah buntu atau tidak mungkin menurut akal kita, tetap saja kita “tidak akan” pesimis, “tidak akan” sampai putus asa
Allah SWT telah mengingatkan kita melalui firman-Nya: “Jangan sekali-kali kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf, 12:87). Dalam ayat ini rasa putus asa itu identik dengan kekafiran. Sebab orang yang putus asa itu berarti dia sudah tidak beriman atau tidak meyakini lagi bahwa Allah Yang Mahakuasa dapat mengubah segala sesuatunya. Padahal, tidak ada yang mustahil jika Allah SWT menghendakinya. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanya berkata kepadanya “kun”(jadilah) maka jadilah ia”(QS. Yaasiin, 36:82
Paling tidak, ada ”tiga” hal yang bisa kita petik hikmahnya dari peristiwa ini. Hikmah pertama adalah masalah keimanan, yakni menambah keyakinan kita kepada Allah SWT bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Hikmah kedua, kita mesti memahami “hasil” yang dibawa dari perjalanan peristiwa ini adalah diperintahkannya kita menegakkan shalat fardlu lima waktu. Manakala Allah memerintahkan ibadah lain selain shalat, maka Allah cukup berfirman kepada Rasulullah Saw baik itu langsung wahyu atau pun melalui perantara Malaikat Jibril. Tapi, ketika Allah SWT akan memerintahkan shalat, Rasululah Saw terlebih dahulu harus di-mi’raj-kan untuk langsung bertemu dengan-Nya dan menerima perintah-Nya. Ini bermakna betapa pentingnya perintah shalat lima waktu bagi kehidupan kita
Maka Rasulullah Saw dalam sebuah haditsnya pernah menyatakan, shalat itu adalah mi’rajnya orang-orang mu’min. Artinya shalat yang kemudian diperintahkan oleh Allah SWT kepada kita ummat Islam melalui Rasulullah SAW dengan peristiwa Isra Mi’raj itu dijadikan sarana untuk kita bisa mi’raj sehari lima kali untuk menghadap Allah SWT
Adapun hikmah ketiga, adalah hendaknya kita semua mesti mau memperbaiki diri dan berkaca kepada setiap musibah dan bencana yang sering terjadi. Bukan hanya bencana alam saja yang bisa kita resapi dan kita maknai, melainkan bencana moral yang telah banyak melenceng baik dari tata kehidupan para pejabat eksekutif, yudikatif maupun legislatif hingga masyarakat biasa telah banyak terefleksi dan sungguh telah jauh berpijak dari rel-rel kehidupan yang baik dan hakiki sesuai syariat Islam
saya ragu dengan isra’ mi’raj ini nabi muhammad menerima mandat shalat lima waktu,…. berarti selama 22 tahun sebelum nabi muhamad menjalankan isra’ mi’raj, beliau belum pernah shalat sama sekali,…..????
Memang pada surat Najm dalam tulisan arab qurannya menyebutkan nama JIBRIL? Tolong perlihatkan 1 saja dari ayat Makkiyah yg turun di Mekah slama 14 thn, yang menuliskan nama Jibril dalam arab qurannya (bukan terjemahan yang pake kurung). Kalo ada, silakan posting di sini, tapi jangan kirim komentar sampah
dri kmentr2 di ats intiny tdk bsa d bwt logka tpi aq mw tnyk kjdian isra miraj itw ad SAKSIny gk sih . . . . klw gk ad itw artiny msih blum psti . . . . trus buraq tw bntukny sprti ap sih?, ktab al qur’an knpa mesti bhsa arab?(emank Allah bsnya bhsa arab, trus skarng knpa hrus d pcah blahkan bhsa?, trus sblum ad isra miraj orank islam 1hri solatny brpa kli?, orank islam blank agma islam adlah upgrate trakhir trus klw allah brbah pkran (krna kjadian di TV yg sring ad kta “Allah maha besar!!!” mang yg nyruh demo, unjuk rsa, dll itw yg nyruh allah?) lalu upgrate lgi gmna?, al qur’an smpurnany mna? klw smpurna pasti kjadian isra miraj itw d jlasin smpe se dlam2 ma muhammad?, trakih knpa prsoaln2 sperti in di jwab “itw smwa hany Allah swt yg tw . . . itw jwban orank2 yg tdk bsa mnjwab lalu mntupi dngan kta2 sperti itw . . . . . aq yg br umur 17thn aj ngrti kyk gni pasti yg lbih twa Lebih tw . .
jujur aj aq orank kristen(“bukan non-islam” gk ad agma yg nmany non-muslim) . . . DI JAWAB ya OM2 ingt jwbanny gk pkek “hanya Allah yg tw . oh iya 1 lgi langit ke 7 itw d mna sih? kn slit untk dbyangkn.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?”
Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab: “Muhammad saw.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”
Jibril menjawab: “Benar”.
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:
“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:
“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.
Dalam riwayat lain beliau berkata:
“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”
“Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.
“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.
Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda:
” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya:
“Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”
Aku menjawab: “50 sholat”,
Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata:
“Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman:
“Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:
“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,
Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus
Yang menjadi saya bertanya,
1. nabi Muhammad, SAW bilangnya adalah manusia biasa, berarti terdiri dari zat massa yang tidak mungkin menumpuh kecepatan cahaya, krn batu meteor aja yg jatuh ke bumi dg kecepatan kurang dari kecepatan cahaya saja, langsung terbakar.
2. Jika Allah Maha kuasa atas alam semesta dan kejadiannya, kenapa justru Allah menggiring kita untuk tidak percaya pada perjalanan isra’mi’raj, maksudnya, kenapa Allah tidak membuat perjalanan itu bisa dipercaya oleh siapapun baik dg logika dan agama? Kenapa Allah tidak membuat perjalanan nabi Muhammad dg cara kun fa yakun nabi tiba tiba berada di masjidil haram, kun fayakun lalu sudah berada di masjidil aqsha, kun fayakun lalu sudah berada di sidratul muntaha, tapi, kenapa harus melakukan perjalanan dg kendaraan buroq dan dan tubuh nabi menunggangi hewan buroq ini, yg dpt melakukan perjalanan dg kecepatan cahaya, pdhl massa zat tidak ada yg kuat jika bergerak dg kecepatan cahaya, berarti dia hrs jd cahaya. Bukan tubuh lagi.kenapa kita digiring oleh Allah agar kita berpikir bahwa cireta ini tidak masuk akal dan bohong, andaikan ceritanya nabi melakukan perjalanan dg kun fayakun, bukannya kita akan percaya tanpa hrs berpikir lagi.?
3. Dalam hadits diriwayakan bahwa dalam perjalanan ke sidratul muntaha, nabi Muhammad bertemu nabi adam dan kaumnya, yang satu disebelah kanan wajahnya berseri seri dan yang sebelah kiri wajahnya sedih, dan bertemu nabu musa, nabi harun, nabi Ibrahim, ini menunjukkan bahwa mereka memiliki tubuh atau jasad bukan cuman ruh, berarti mereka sudah dibangkitkan. Adakah satu ayat yg menyebutkan bahwa Allah telah membangkitkan umat – umat nabi mereka? Karena dalam alqur’an manusia hanya akan dibangkitkan setelah ditiup terompet sangkakala ? kenapa mereka sudah bangkit sebelum ditiupkan sangkakala?
4. Katanya Allah adalah zat yang maha berbeda, yang tidak dapat dilihat oleh pandangan mata, bahkan alam semesta dikatakan tidak dapat memuatnya, tapi kenapa nabi bisa bertemu berhadapan muka sekaligus?
Lihatlah cerita isra’ mi’raj dibawah ini.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, dalam perjalanan isra’ mi’raj itu, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Kenapa ada kejadian seperti ini, bahwa nabi bisa melihat zat Allah SWT ? bukankah zat makhluk berbeda keadaannya dengan zat tuhan, kenapa bisa bercampur/bertemu dalam satu alam apakah ini berarti bahwa zat tubuh nabi muhammad adalah juga zat tuhan?
5. Kenapa perintah Allah bisa dinegosiasi oleh nabi Muhammad ? berarti kita semua juga boleh bernegosiasi dengan Allah? Bukankah nabi Muhammad adalah suri tauladan kita, jika nabi Muhammad boleh bernegosiasi dg Allah berarti kita boleh bernegosiasi dg Allah juga? Yg jadi pertanyaan apakah perintah allah bisa dinegosiasikan?
Labels:
Isra’ dan mi’raj
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment